IT'S ME

Foto saya
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Kisah Para Rasul 4:12

Selasa, 14 Agustus 2012

Harus Tunduk Kepada Pemerintah?

Dalam Roma 13:1-7, kita diajarkan untuk taat kepada pemerintah sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan ada hukuman bagi yang melawan pemerintah.

Bagi saya, tidak ada masalah dengan ayat ini jika pemerintah bertindak adil, tegas dan memikirkan kesejahteraan rakyatnya. Tapi bagaimana jika pemerintah tidak adil, tidak tegas, lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada kepentingan rakyatnya. Seperti di negeri ini, pemerintahnya hanya pandai bersolek dan mengeluh, banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan; banyak janji yang tidak ditepati, pemimpinnya mengeluh soal gaji padahal kerja belum juga selesai, para pejabat menuntut peningkatan kesejahteraan sementara subsidi bagi rakyat miskin terus ditekan. Bagaimana? Masih mau taat kepada pemerintah seperti ini?! Relevankah Roma 13:1-7 di negeri ini?!

Bagaimana jika para penguasa melakukan tindakan yang bertentangan dengan tujuan yang dimaksudkan untuk mereka seperti dinyatakan dalam Roma 13:3-4? Bagaimana jika mereka menjadi "pelaku kejahatan?" Bagaimana jika tuntutan dari tatanan sosial menghendaki kita untuk berbaur dalam gaya hidup yang bertentangan dengan tuntutan Roma 13:1-7?

Banyak kebohongan yang dibuat oleh pemerintah di negeri ini. Sampai para tokoh agamapun harus terlibat menggugat dengan “9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru pemerintah”. Seniman pun tak mau kalah, ikut bersuara melalui sebuah karya

“Negeri Para Bedebah” (Adhie M. Massardi)
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan

Teologi Paulus dalam Roma 13:1-7 merupakan tema sentral dalam politik Kristen selama berabad2. Tulisan Paulus ini sering jadi acuan dalam hubungan antara org Kristen dan politik. Parahnya, banyak org Kristen memperlakukannya sebagai doktrin yg menuntut kepatuhan penuh tanpa usaha mengkritisi sama sekali, hal ini tentu akan menimbulkan persoalan jika makna dan tujuan Roma 13:1-7 ini tidak ditangkap secara benar & utuh.

Untuk memahami apa maksud Paulus dalam Roma 13:1-7 terutama berkaitan dengan masalah politik, beberapa informasi yang berkaitan dengan ditulisnya surat Roma perlu ditelaah. Ada beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan surat Roma:

1. Paulus adalah Keturunan Yahudi dan Memiliki Kewarganegaraan Romawi.
Paulus orang Yahudi asli dari golongan Farisi yang paling keras dalam ajaran agama (Fil. 3:4-6 & Kis.26:4-5), dididik oleh seorang guru bernama Gamaliel (Kis.22:3).

Kecintaan Paulus kepada bangsanya sangat kuat (Roma 9:3), bahkan fanatisme terhadap agama Yahudi sempat melekat dalam dirinya ketika menganiaya org Kristen. Ia juga terbuka terhadap dunia diluar Yahudi. Hal ini terbukti dengan nama Paulus yang menunjukkan dia terbuka terhadap Yunani. Paulus juga memiliki kewarganegaraan Romawi. Berkaitan dengan kewarganegaraanya itu, Paulus menyatakan dengan terbuka termasuk keuntungan Politiknya. Paulus menggunakan kewarganegaraan Roma ketika menghindar dari penyiksaan (Kis. 22:25).

Jadi ada beberapa hal yg perlu dicatat: Paulus bangga sebagai orang Yahudi dan Paulus terbuka dengan realitas diluar Yahudi (Yunani & Romawi), tidak mengherankan Paulus mengajarkan “tidak ada org Yahudi atau Yunani” (Galatia 3:28). Tidak mengherankan jika Paulus yang telah menikmati keistimewaan sebagai warga negara Romawi itu sangat positif memandang pemerintah.

2. Waktu & Tujuan Penulisan Surat Roma.
Surat Roma di tulis di Korintus (Roma 15:32), kemungkinan ditulis pada tahun 57 M saat Nero berkuasa. Nero dikenal sebagai kaisar yang kejam dan bengis, kekejamannya dikenal ketika ia membunuh ibunya, istri-istrinya dan saudara tirinya. Nero adalah kaisar yang sangat kejam terhadap orang Kristen dan bagaimana dia membakar kota Roma, kemudian kesalahan itu dituduhkan kepada orang Kristen. Tapi tidakan penganiayaan itu dilakukan hanya di Roma, tidak di seluruh Imperium Romawi. Dan penganiayaan itu tidak dilandasi alasan-alasan religius tapi semata-mata muslihat Nero untuk mencari kambing hitam atas kejahatannya itu.

Pengetahuan tentang keadaan jemaat di Roma sulit dilacak, tapi yg pasti jemaat di Roma terdiri dari Kristen Yahudi dan Kristen Yunani (Roma 1:5;13; 11:13;4:1;7:4-6). Jemaat Roma bukan jemaat yang didirikan oleh Paulus karena Paulus belum pernah bertemu dengan jemaat di Roma. Ada konflik internal jemaat, terutama yang Yahudi dan bukan Yahudi. Hal ini terbukti dengan dekrit Klaudius yang mengusir orang Yahudi dari Roma. Bagi orang Yahudi keputusan itu merupakan diskriminasi tapi tidak bagi orang yang bukan Yahudi. Konflik internal itulah yang menjadi persoalan utama, bukan konflik antara jemaat dan pemerintah. Tidak ada sikap negatif jemaat terhadap pemerintah, terutama keinginan untuk melawan dan memberontak.

Dengan pemahaman di atas, kita akan lihat makna teks “Tiap-tiap org harus takluk kepada pemerintah” dengan pembatasan legitimasi teologis yang diberikan Paulus kepada pemerintah.

Tiap-tiap Orang Harus Takluk Kepada Pemerintah “Tiap2 org” (Yun. pasa pusuke) yang artinya “setiap jiwa” jadi berlaku umum untuk orang Yahudi maupun non Yahudi. Tapi meskipun demikian, jelas maksud Paulus ditujukan kepada jemaat Kristen di Roma.

“Takluk” (Yun. hupotassesthai) yang artinya “menempatkan diri di bawah”. Dengan demikian sikap takluk merupakan bentuk aktif yang berangkat dari kesadaran diri sendiri. Takluk itu berdasarkan pilihan sadar dari orang yang bersangkutan, bukan karena dipaksakan dari luar. Makna yang dapat diambil adalah: org2 Kristen harus memiliki kesadaran bhw dirinya memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada pemerintah.

Seperti halnya Paulus, Calvin juga menekankan kepatuhan kepada pemerintah, bahkan ketika pemerintah tidak menunjukkan citra (image) Tuhan, orang percaya harus tetap memiliki kepatuhan (obedience) terhadap pemerintah. Sikap Calvin terhadap pemerintah ternyata punya maksud dan tujuan tertentu, Calvin sangat mengharapkan pemerintah menjadi pelindung gereja, termasuk doktrin-doktrin gereja. Pemikiran dan sikap politik Calvin kelihatan positif terhadap pemerintah, hal ini bisa menjebak orang untuk patuh tanpa syarat dan tanpa memperhatikan perilaku penguasa. Meskipun Calvin sangat baik dengan pemerintah tapi ia sama sekali tidak kehilangan kesadaran dan daya kritis terhadap pemerintah. Kemarahan dan emosi Calvin bisa juga bangkit terhadap pemerintah yang melawan Allah dan memiliki perilaku tidak patut kepada sesama.

Pernyataan: "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya" (Roma 13:1).
Pernyataan Hipotetis: Mengapa?
Jawab: Karena semua kekuasaan pada akhirnya ada karena rencana Allah, termasuk kekuasaan pemerintah (Roma 13:1).
Kesimpulan: Karena itu, menentang pemerintah berarti menentang tujuan Allah (Roma 13:2).

Pertanyaan Hipotetis: Tetapi apakah tujuan Allah itu?
Jawab: Tujuan Allah adalah agar rnelalui "hamba-hamba-Nya" (pemerintahan) tindakan-tindakan yang jahat dihukum (Roma 13:4); perbuatan jahat ditahan melalui ketakutan akan hukuman (Roma 13:3); dan kebaikan dikembangkan dan didorong (Roma 13:3).

Ringkasnya: Tujuan Allah adalah agar kehidupan manusia dalam masyarakat merupakan kehidupan yang penuh keharmonisan, kedamaian dan ketertiban (bdg Roma 12:10, 18). Karena kehidupan dalam masyarakat menjadi kacau dan anarkis tanpa adanya hukum yang teratur yang dilaksanakan oleh para penguasa, maka kehadiran hukum merupakan bagian dari tujuan Allah yang menyeluruh untuk manusia. Karena itu, sepanjang pemerintah dan para penguasanya melaksanakan kekuasaan mereka sejalan dengan tujuan Allah, mereka bertindak sebagai imam-imam Allah demi kebaikan masyarakat secara umum.

Tetapi, jika para penguasa dalam pemerintahan melawan tujuan ilahi ini, maka pemerintahan tersebut tidak dapat dipandang sebagai pemerintahan yang berasal dari Allah. Sebenarnya, dari Wahyu 13 dan 18 dan juga teks-teks lainnya dalam Perjanjian Baru, jelas bahwa pemerintah yang menganiaya orang Kristen, menyebarkan ketidakadilan dan bukannya keadilan, mendukung kebejatan moral, dan menginjak-injak orang-orang yang lemah dan tidak berdaya, dikendalikan oleh kuasa dan kekuatan jahat yang sama sekali bertentangan dengan kehendak dan tujuan Allah.

Dalam Kisah Para Rasul 17:6-17, para rasul digambarkan sebagai "orang2 yg bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dg mengatakan bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus Kristus." Dalam konteks kehidupan kerasulan, banyak sekali martir yg kehilangan nyawa mereka karena mereka menentang keputusan para penguasa.

Dalam Injil juga menjelaskan bahwa Yesus Kristus tidak menganggap semua penguasa hukum dan pemerintah sebagai penyalur kehendak Allah yang terakhir. Kemanapun Yesus pergi, Ia melawan sistem, Ia menentang pernyataan para penguasa tentang kebenaran.
Jadi, pemerintahan yg bertentangan dg tujuan & kehendak Allah HARUS DIGUGAT!!!

Pustaka:
- Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
- Tafsiran Alkitab Masa Kini
- Politik Kristen di Indonesia
- Iman dan Politik
- Ucapan Paulus Yang Sulit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar