IT'S ME

Foto saya
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Kisah Para Rasul 4:12

Senin, 22 Juli 2013

KESATUAN ADALAH KEKUATAN (Filipi 2:1-11)

(ringkasan khotbah di ibadat BP-Pemuda GMIT JKK)

Basodara BP-P GMIT JKK yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan kita Yesus Kristus... Mungkin sudah lama dan sering kita mendengar tentang filosofi sapu lidi, satu gampang patah; banyak jadi kuat. Satu batang lidi saja pasti gampang patah/sonde kuat, tapi kalau satu lidi itu diikat menjadi satu dengan lidi-lidi yang lain, maka lidi-lidi yang diikat jadi satu itu pasti kuat.

Basodara... Pasti cape jika kita harus menyapu halaman dengan satu batang lidi saja, tentu sulit serta membuang waktu dan tenaga, tapi jika banyak lidi diikat menjadi satu kesatuan, sapu lidi, maka sampah sebanyak apapun akan dapat dibersihkan dengan mudah dalam waktu yang singkat.

Selain filosofi sapu lidi, ada juga Film Fast & Furious 6 yang mengisahkan seorang agen khusus bernama Hobbs meminta bantuan kepada Dominic Toretto untuk mencari dan menangkap sekelompok penjahat yang dipimpin oleh Shawn. Toretto menyetujui untuk membantu, tapi dia mau kerja sendiri karena menurutnya ini masalah pribadi. Menurut Agen Hobbs, Toretto tidak akan berhasil kalau dia bekerja sendiri, "I need your help Dom.. I need your team" kata Hobbs. Cerita berlanjut dan akhirnya, Dominic Toretto dan timnya berhasil.

Basodara... Kenapa beta dahului renungan ini dengan filosofi sapu lidi dan cerita film Fast & Furious 6? Karena beta ingin agar basodara mengerti kalau kita bersatu pasti kita kuat! Kalau kita bersatu, pasti kita mampu untuk menyelesaikan banyak masalah!

Dalam kehidupan, khususnya dalam pelayanan pemuda pasti ada banyak masalah, kesulitan, dan tantangan yang kita hadapi, tapi jika kita bersatu pasti kita bisa menghadapi setiap masalah, kesulitan, dan tantangan tersebut. Tapi persoalannya, untuk bersatu (apalagi dalam sebuah pelayanan pemuda) sonde gampang, karena masing-masing orang dengan karakter, pola pikir, bahkan kepentingannya masing-masing. Tapi apapun persoalannya, kesatuan di pemuda itu penting! Kenapa? Karena, kesatuan itulah kekuatan kita!

Basodara yang dikasihi dan diberkati oleh TuhanYesus... Bagian Firman Tuhan yang kita baca tadi merupakan bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi. Jemaat di Filipi ini jemaat yang baik. Kalau basodara baca ayat yang lain dari surat Filipi ini, maka ada banyak pujian yang diberikan Rasul Paulus kepada jemaat (Filipi 1:5, 4:10, 4:14-18). Jemaat di Filipi adalah jemaat yang baik, tapi ada permasalahan yang dihadapi oleh jemaat di Filipi, yaitu masalah PERPECAHAN (Filipi 4:2-3).

Perpecahan adalah masalah yang berbahaya bagi pelayanan jemaat di Filipi, karena itu Rasul Paulus memberikan nasehat kepada jemaat "hendaklah kamu sehati, sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan". Tentunya nasehat ini tidak hanya ditujukan bagi jemaat di Filipi saja, tapi bagi semua jemaat Kristen dimana saja dan kapan saja. Tuhan menghendaki kesatuan, baik kesatuan antara Tuhan dengan jemaat-Nya maupun kesatuan antara jemaat dengan jemaat. Tuhan menghendaki kesatuan sedangkan iblis menginginkan perpecahan.

Karena itu basodara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus... Marilah kita bersatu, karena kesatuan adalah kehendak Tuhan, kesatuan adalah kekuatan kita. Mari bersatu! bekerjasama dalam melaksanakan tugas pelayanan yang telah Tuhan percayakan pada masing-masing kita. Kerjasama menuntut kebersamaan/kesatuan, dan kesatuan menuntut keterbukaan, keterbukaan menuntut kepercayaan, saling mempercayai bahwa kita dapat bekerjasama. Saling mengisi bukan menguras, saling berbagi bukan mencari kepentingan diri, saling mengasihi bukan menguasai.

Bekerjasama bukan sama-sama kerja tapi sonde sama-sama, lu kerja-beta ju kerja, masing-masing katong kerja, tapi sonde ada komunikasi dan interaksi, yang satu menangis yang lain ketawa, ini sonde bae! Lebe bae katong bersatu dan saling melengkapi karena katong ni kan punya kelebihan dan kekurangan masing-masing to...

Jangan biarkan masalah kecil bikin rusak katong pung hubungan karena kalau hubungan su rusak tentu yang rugi bukan hanya katong sandiri tapi katong samua, yang malu bukan hanya ketua atau sekretaris sa tapi katong samua yang menjadi bagian dari pemuda Koinonia.

Inga e...! Kalau kita bersatu pasti kita kuat menghadapi masalah dan tantangan dalam pelayanan. Amin

Selasa, 16 Juli 2013

Catatan Untuk Mereka Yang Suka Bilang: "Kamu Bodoh!"

Setelah “Catatan Untuk Almamater” dan “Catatan Untuk Para Pelayan Anak”, kali ini saya hadir lagi dengan “Catatan Untuk Mereka Yang Suka Bilang: “Kamu Bodoh!”.
Ini tulisan lama yang saya buat di Facebook, dengan sedikit revisi, inilah hasilnya:

Dalam dunia pendidikan, Apa ada orang bodoh? Bagi sebagian orang, orang bodoh itu ada tapi bagi saya sebenarnya tidak ada orang bodoh, yang ada ialah orang yang tidak mau belajar dan berusaha karena setiap manusia dianugerahi akal budi yang membedakan dirinya dengan binatang. Intelegensi itulah keistimewaan ciptaan yang namanya manusia.

Pintar dan bodoh, dua kata ini sering kita jumpai dalam dunia pendidikan. Kita masih terjebak dalam paradigma pintar dan bodoh. Secara akademis, klasifikasi pintar atau bodoh biasa ditentukan dari hasil belajar (nilai). Sistem pendidikan yang ada, masih berorientasi pada nilai di atas kertas, bukan berorientasi pada proses pembelajaran itu sendiri. Murid yang sering mendapat nilai bagus disebut “pintar” sedangkan murid yang sering mendapat nilai jelek disebut “bodoh” dan parahnya klasifikasi ini terus berlanjut dari generasi terdahulu sampai generasi sekarang ini.

Jika ada orang mengatakan kepada kita “kamu bodoh!”, kita akan merasa bahwa kita memang “bodoh” sehingga kita menjadi pesimis dan tidak lagi mau berusaha untuk menjadi “pintar”, tapi jika kita berpikir positif maka pendapat tersebut bisa memotivasi kita untuk membuktikan bahwa kita tidak sebodoh yang dikatakan orang lain tentang kita. Dalam beberapa kasus yang saya temui dalam dunia pendidikan, ada sesama murid saling memberikan predikat “bodoh”, bahkan ada juga guru yang memberikan predikat “bodoh” kepada murid-muridnya berdasarkan nilai yang diperoleh. Hal ini menyebabkan para murid berlomba-lomba mendapat predikat “pintar” yang diukur dari besarnya nilai di atas kertas (padahal belum tentu nilai itu didapat dari prose belajar yang baik, bisa saja nilai baik dari hasil nyontek). Perlombaan ini kemudian melahirkan kompetisi negatif, satu sama lain mencari kelemahan dan saling ingin mengalahkan, bukannya kompetisi yang saling membangun. Saat ujian, contek menyontek dianggap wajar demi sebuah nilai yang membanggakan, padahal ujian itu kan merupakan proses menguji kemampuan pribadi.

Belajar merupakan sebuah proses yang terus menerus berlangsung selama kita hidup (Inggris: life- long learning. Perancis: education permanente), proses dari dari belum bisa menjadi bisa, belum tahu menjadi tahu, dari belum paham menjadi paham. Jadi, dalam proses belajar mengajar seharusnya tidak ada klasifikasi pintar dan bodoh. Guru harus berusaha sebaik mungkin agar dapat mengajarkan ilmu sambil membimbing para murid dalam proses tersebut, sedangkan para murid juga harus mengikuti proses tersebut dengan baik agar mampu memahami ilmu yang didapat. Jadi, sebaiknya klasifikasi pintar atau bodoh jangan hanya diukur dari nilai di atas kertas dan jangan dibawa terlalu jauh di dalam dunia pendidikan karena di dunia pendidikan, sesungguhnya kita belajar bukan untuk mencari predikat pintar tapi untuk memperoleh ilmu pengetahuan, memahaminya dan kemudian menerapkankannya dalam kehidupan ini. Karena itu, dalam dunia pendidikan, orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih baik dari yang lain janganlah terlalu sombong untuk berbagi ilmu dengan yang lainnya dan jangan bilang “kamu bodoh!”, sementara itu bagi yang sering dibilang “bodoh”, jangan pesimis, belajar dan teruslah belajar, sampai kapan? Sampai mati!

Saya ambil contoh: Thomas Alva Edison dan Albert Einstein. Saat masih sekolah dasar kedua orang ini termasuk siswa yang dianggap bodoh, bahkan Thomas di cap idiot oleh gurunya. Tapi apakah mereka menyerah, berhenti belajar dan berusaha? Ternyata tidak! Buktinya, Albert Einstein di usia 27 tahun menghasilkan banyak teori, termasuk teori relativitasnya yang terkenal sehingga bermanfaat bagi dunia dan Thomas Alva Edison pada tahun 1870 ia menemukan mesin telegraf yang lebih baik dan penemuan penting lainnya, dan yang paling terkenal adalah ia berhasil menemukan lampu listrik tahun 1879.

Secara pribadi, saya pernah punya anak didik yang dianggap terlalu bodoh dan nakal oleh banyak guru, tapi ketika Ujian Nasional, anak yang dianggap bodoh dan nakal ini malah memperoleh nilai 100 pada beberapa mata pelajaran.

Prof. Yohanes Surya, ketika berada di Papua dan diminta untuk mendidik anak-anak disana, Prof. Yohanes berkata, “bawa kemari anak-anak yang kalian anggap bodoh, saya akan didik mereka” dan apa yang terjadi, anak-anak yang dianggap bodoh itu, kini menjadi anak-anak yang punya kemampuan intelektual yang luar biasa.

Jadi, masihkah anda menganggap bahwa ada orang bodoh? Dan berkata, “ah! Kamu bodoh!”?

Memang benar bahwa dalam dunia pendidikan, nilai akhir tetap menjadi patokan, tapi saya yakin setiap prestasi yang diperoleh pasti dihasilkan melalui proses belajar yang baik pula. Saya yakin jika kita menikmati apa yang kita pelajari, kita akan mendapatkan sesuatu yang berharga dalam proses tersebut, sesuatu yang hanya kita sendiri yang bisa merasakannya, lebih bermakna dibandingkan nilai di atas kertas yang sering kita dapatkan.

Saya bukan orang pintar dan juga bukan orang bodoh, masih banyak hal yang ingin saya pelajari karena hidup itu belajar. belajar... belajar... dan terus belajar, agar kita menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri dan juga bagi orang-orang di sekitar kita.

Mari lepas dari paradigma pintar dan bodoh, karena belajar adalah sebuah proses untuk menjadikan manusia lebih bermakna dari hari ke hari, bukan tentang siapa yang paling “pintar” atau siapa yang paling “bodoh”.

Teruslah belajar dan berusaha sehingga menghasilkan sesuatu yang baik; sesuatu yang berguna bagi diri sendiri & juga bagi orang lain. Dan biarlah Bapamu di Sorga dipermuliakan lewat sesuatu yang baik yang kamu hasilkan itu.

Soli Deo Gloria
S'telah sekian lama menghilang, eh... nongol lagi....
hari ini

Catatan Untuk Para Pelayan Anak

Di awal tahun 2011 lalu, saya pernah hadir lewat “Catatan Untuk Almamater”. Kali ini, saya hadir dengan “Catatan Untuk Para Pelayan Anak”.

Dalam konteks pelayanan Kristen, mana yang lebih mudah, mengajar anak-anak atau mengajar pemuda atau orang dewasa? Mana yang lebih penting, pelayanan anak ataukah pelayanan pemuda dan dewasa?

Mungkin, akan ada beberapa tanggapan ketika pertanyaan ini diajukan. Bagi sebagian orang, keduanya penting dan tidaklah mudah. Ada juga yang berpendapat, mengajar pemuda dan dewasa lebih penting dan lebih mudah dibandingkan pelayanan anak-anak, tapi ada yang sebaliknya, mengajar anak-anak lebih mudah daripada mengajar pemuda atau orang dewasa, makanya tidak heran kalau dalam persiapan untuk mengajar anak-anak, ada yang tidak serius mempersiapkan diri bahkan ada guru yang tidak mempersiapkan diri ketika akan mengajar anak-anak dan hanya bermodalkan imajinasi. Padahal, mengajar anak-anak itu tidaklah mudah, butuh persiapan yang baik seperti halnya persiapan untuk mengajar pemuda atau orang dewasa, perlu banyak membaca dan perlu konsep tentang apa yang mau diajarkan.

Karena mengajar anak dianggap mudah, cukup banyak gereja yang mengabaikan pelayanan anak. Bahkan ada pendeta yang merasa kedudukannya terlalu tinggi untuk turut mengambil bagian dalam pelayanan Sekolah Minggu. Hal ini pernah terjadi sekitar abad ke-18, banyak gereja di Inggris mengabaikan pelayanan anak, ketika orang dewasa beribadah dalam gereja, anak-anak dibiarkan berkeliaran diluar gereja. Mereka bermain dan membuat keributan di jalan, kata-kata dan kelakuan mereka kasar. Inilah yang menggugah hati Robert Raikes, seorang pemilik The Gloucester Journal. Robert mencari tahu mengapa anak-anak ini bermain di jalan saat orang dewasa beribadah di hari Minggu. Ternyata mereka tidak bersekolah dan mereka tidak mendapat tempat dalam gereja. Akhirnya, bersama dengan pendeta Thomas Stock, Robert menyewa sebuah rumah kosong untuk membuka sekolah pada hari Minggu bagi anak-anak itu. Pada Juli 1789, sekolah itu dimulai dengan nama Sekolah Minggu. Bagi Robert Raikes, mengajarkan Alkitab kepada anak-anak sejak usia dini itu penting.

Jauh sebelum Robert Raikes, pada abad ke-15, ada seorang pendeta, rektor sekaligus dosen teologi yang peduli dengan pelayanan anak, yaitu Jean Charlier de Gerson. Karena kepeduliannya pada pelayanan anak, Jean Charlier de Gerson menulis buku pendidikan Kristen dalam bentuk cerita untuk anak kecil. Tapi karya Jean Charlier ini tidak dihargai oleh para teolog lain, bahkan ada yang mencemooh "Gerson menjatuhkan martabat kita sebagai teolog, masakan seorang teolog mengarang cerita untuk anak kecil?".

Cukup banyak orang menyangka bahwa mengajar anak-anak adalah sesuatu yang mudah. Banyak juga guru sekolah Minggu yang beranggapan bahwa mengajar anak adalah urusan yang mudah. Sebenarnya mengajar anak-anak itu justru lebih sulit daripada mengajar pemuda atau orang dewasa, karena tahap perkembangan intelektual anak tidak sama dengan tahap perkembangan intelektual pada orang dewasa. Tahap perkembangan intelektual anak masih rendah dibanding orang dewasa. Ketika mengajar pemuda atau orang dewasa, pasti tidaklah sulit untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak seperti tentang pengampunan dosa dan pertobatan, istilah-istilah ini pastilah mudah dicerna oleh pemuda maupun orang dewasa, tapi tidak bagi anak-anak. Karena itu, mengajar anak-anak sebenarnya lebih sulit daripada mengajar orang dewasa. Sekalipun sulit, anak-anak harus diajarkan Injil, karena Injil adalah kabar baik (eu=baik, anggelion=kabar) bagi semua orang, semua golongan usia. Ingat apa yang Kristus ajarkan, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah." (Mark. 10:14). John Calvin pernah menegaskan "Setiap pendeta mendidik dua gereja, yaitu gereja orang dewasa dan gereja anak kecil". Calvin begitu mementingkan pendidikan anak kecil dalam gereja. Ya! Pelayanan anak sama pentingnya dengan pelayanan pemuda dan dewasa. Pelayanan anak tidak boleh diabaikan, tidak boleh setengah hati atau asal jadi.

Mengajar anak ibarat kita menabur benih, tentunya kita tidak mengharapkan besok harus kita yang menuai buah dari benih yang kita tabur hari ini. Benih akan menghasilkan buah tentunya butuh waktu, butuh proses. Tapi yakinlah benih yang kita tabur itu suatu saat akan bertumbuh, berbunga dan akhirnya menghasilkan buah. Itulah tugas seorang pengajar anak, menabur dan terus menabur. Mungkin bukan kita yang menuai buahnya nanti, tapi ingatlah! Kita telah menjadi bagian dari orang yang ikut menumbuhkan satu pohon yang baik.

Bagi anda yang sedang berada dalam pelayanan anak, berbanggalah karena dalam pelayanan tidak ada level yang lebih rendah ataupun lebih tinggi, pelayanan itu sama nilainya. Seorang teman pernah berkata: "Melayani anak-anak itu tidak mudah tapi menyenangkan, melayani anak-anak adalah panggilanku".

Soli Deo Gloria

Selasa, 14 Agustus 2012

Harus Tunduk Kepada Pemerintah?

Dalam Roma 13:1-7, kita diajarkan untuk taat kepada pemerintah sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan ada hukuman bagi yang melawan pemerintah.

Bagi saya, tidak ada masalah dengan ayat ini jika pemerintah bertindak adil, tegas dan memikirkan kesejahteraan rakyatnya. Tapi bagaimana jika pemerintah tidak adil, tidak tegas, lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada kepentingan rakyatnya. Seperti di negeri ini, pemerintahnya hanya pandai bersolek dan mengeluh, banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan; banyak janji yang tidak ditepati, pemimpinnya mengeluh soal gaji padahal kerja belum juga selesai, para pejabat menuntut peningkatan kesejahteraan sementara subsidi bagi rakyat miskin terus ditekan. Bagaimana? Masih mau taat kepada pemerintah seperti ini?! Relevankah Roma 13:1-7 di negeri ini?!

Bagaimana jika para penguasa melakukan tindakan yang bertentangan dengan tujuan yang dimaksudkan untuk mereka seperti dinyatakan dalam Roma 13:3-4? Bagaimana jika mereka menjadi "pelaku kejahatan?" Bagaimana jika tuntutan dari tatanan sosial menghendaki kita untuk berbaur dalam gaya hidup yang bertentangan dengan tuntutan Roma 13:1-7?

Banyak kebohongan yang dibuat oleh pemerintah di negeri ini. Sampai para tokoh agamapun harus terlibat menggugat dengan “9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru pemerintah”. Seniman pun tak mau kalah, ikut bersuara melalui sebuah karya

“Negeri Para Bedebah” (Adhie M. Massardi)
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan

Teologi Paulus dalam Roma 13:1-7 merupakan tema sentral dalam politik Kristen selama berabad2. Tulisan Paulus ini sering jadi acuan dalam hubungan antara org Kristen dan politik. Parahnya, banyak org Kristen memperlakukannya sebagai doktrin yg menuntut kepatuhan penuh tanpa usaha mengkritisi sama sekali, hal ini tentu akan menimbulkan persoalan jika makna dan tujuan Roma 13:1-7 ini tidak ditangkap secara benar & utuh.

Untuk memahami apa maksud Paulus dalam Roma 13:1-7 terutama berkaitan dengan masalah politik, beberapa informasi yang berkaitan dengan ditulisnya surat Roma perlu ditelaah. Ada beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan surat Roma:

1. Paulus adalah Keturunan Yahudi dan Memiliki Kewarganegaraan Romawi.
Paulus orang Yahudi asli dari golongan Farisi yang paling keras dalam ajaran agama (Fil. 3:4-6 & Kis.26:4-5), dididik oleh seorang guru bernama Gamaliel (Kis.22:3).

Kecintaan Paulus kepada bangsanya sangat kuat (Roma 9:3), bahkan fanatisme terhadap agama Yahudi sempat melekat dalam dirinya ketika menganiaya org Kristen. Ia juga terbuka terhadap dunia diluar Yahudi. Hal ini terbukti dengan nama Paulus yang menunjukkan dia terbuka terhadap Yunani. Paulus juga memiliki kewarganegaraan Romawi. Berkaitan dengan kewarganegaraanya itu, Paulus menyatakan dengan terbuka termasuk keuntungan Politiknya. Paulus menggunakan kewarganegaraan Roma ketika menghindar dari penyiksaan (Kis. 22:25).

Jadi ada beberapa hal yg perlu dicatat: Paulus bangga sebagai orang Yahudi dan Paulus terbuka dengan realitas diluar Yahudi (Yunani & Romawi), tidak mengherankan Paulus mengajarkan “tidak ada org Yahudi atau Yunani” (Galatia 3:28). Tidak mengherankan jika Paulus yang telah menikmati keistimewaan sebagai warga negara Romawi itu sangat positif memandang pemerintah.

2. Waktu & Tujuan Penulisan Surat Roma.
Surat Roma di tulis di Korintus (Roma 15:32), kemungkinan ditulis pada tahun 57 M saat Nero berkuasa. Nero dikenal sebagai kaisar yang kejam dan bengis, kekejamannya dikenal ketika ia membunuh ibunya, istri-istrinya dan saudara tirinya. Nero adalah kaisar yang sangat kejam terhadap orang Kristen dan bagaimana dia membakar kota Roma, kemudian kesalahan itu dituduhkan kepada orang Kristen. Tapi tidakan penganiayaan itu dilakukan hanya di Roma, tidak di seluruh Imperium Romawi. Dan penganiayaan itu tidak dilandasi alasan-alasan religius tapi semata-mata muslihat Nero untuk mencari kambing hitam atas kejahatannya itu.

Pengetahuan tentang keadaan jemaat di Roma sulit dilacak, tapi yg pasti jemaat di Roma terdiri dari Kristen Yahudi dan Kristen Yunani (Roma 1:5;13; 11:13;4:1;7:4-6). Jemaat Roma bukan jemaat yang didirikan oleh Paulus karena Paulus belum pernah bertemu dengan jemaat di Roma. Ada konflik internal jemaat, terutama yang Yahudi dan bukan Yahudi. Hal ini terbukti dengan dekrit Klaudius yang mengusir orang Yahudi dari Roma. Bagi orang Yahudi keputusan itu merupakan diskriminasi tapi tidak bagi orang yang bukan Yahudi. Konflik internal itulah yang menjadi persoalan utama, bukan konflik antara jemaat dan pemerintah. Tidak ada sikap negatif jemaat terhadap pemerintah, terutama keinginan untuk melawan dan memberontak.

Dengan pemahaman di atas, kita akan lihat makna teks “Tiap-tiap org harus takluk kepada pemerintah” dengan pembatasan legitimasi teologis yang diberikan Paulus kepada pemerintah.

Tiap-tiap Orang Harus Takluk Kepada Pemerintah “Tiap2 org” (Yun. pasa pusuke) yang artinya “setiap jiwa” jadi berlaku umum untuk orang Yahudi maupun non Yahudi. Tapi meskipun demikian, jelas maksud Paulus ditujukan kepada jemaat Kristen di Roma.

“Takluk” (Yun. hupotassesthai) yang artinya “menempatkan diri di bawah”. Dengan demikian sikap takluk merupakan bentuk aktif yang berangkat dari kesadaran diri sendiri. Takluk itu berdasarkan pilihan sadar dari orang yang bersangkutan, bukan karena dipaksakan dari luar. Makna yang dapat diambil adalah: org2 Kristen harus memiliki kesadaran bhw dirinya memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada pemerintah.

Seperti halnya Paulus, Calvin juga menekankan kepatuhan kepada pemerintah, bahkan ketika pemerintah tidak menunjukkan citra (image) Tuhan, orang percaya harus tetap memiliki kepatuhan (obedience) terhadap pemerintah. Sikap Calvin terhadap pemerintah ternyata punya maksud dan tujuan tertentu, Calvin sangat mengharapkan pemerintah menjadi pelindung gereja, termasuk doktrin-doktrin gereja. Pemikiran dan sikap politik Calvin kelihatan positif terhadap pemerintah, hal ini bisa menjebak orang untuk patuh tanpa syarat dan tanpa memperhatikan perilaku penguasa. Meskipun Calvin sangat baik dengan pemerintah tapi ia sama sekali tidak kehilangan kesadaran dan daya kritis terhadap pemerintah. Kemarahan dan emosi Calvin bisa juga bangkit terhadap pemerintah yang melawan Allah dan memiliki perilaku tidak patut kepada sesama.

Pernyataan: "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya" (Roma 13:1).
Pernyataan Hipotetis: Mengapa?
Jawab: Karena semua kekuasaan pada akhirnya ada karena rencana Allah, termasuk kekuasaan pemerintah (Roma 13:1).
Kesimpulan: Karena itu, menentang pemerintah berarti menentang tujuan Allah (Roma 13:2).

Pertanyaan Hipotetis: Tetapi apakah tujuan Allah itu?
Jawab: Tujuan Allah adalah agar rnelalui "hamba-hamba-Nya" (pemerintahan) tindakan-tindakan yang jahat dihukum (Roma 13:4); perbuatan jahat ditahan melalui ketakutan akan hukuman (Roma 13:3); dan kebaikan dikembangkan dan didorong (Roma 13:3).

Ringkasnya: Tujuan Allah adalah agar kehidupan manusia dalam masyarakat merupakan kehidupan yang penuh keharmonisan, kedamaian dan ketertiban (bdg Roma 12:10, 18). Karena kehidupan dalam masyarakat menjadi kacau dan anarkis tanpa adanya hukum yang teratur yang dilaksanakan oleh para penguasa, maka kehadiran hukum merupakan bagian dari tujuan Allah yang menyeluruh untuk manusia. Karena itu, sepanjang pemerintah dan para penguasanya melaksanakan kekuasaan mereka sejalan dengan tujuan Allah, mereka bertindak sebagai imam-imam Allah demi kebaikan masyarakat secara umum.

Tetapi, jika para penguasa dalam pemerintahan melawan tujuan ilahi ini, maka pemerintahan tersebut tidak dapat dipandang sebagai pemerintahan yang berasal dari Allah. Sebenarnya, dari Wahyu 13 dan 18 dan juga teks-teks lainnya dalam Perjanjian Baru, jelas bahwa pemerintah yang menganiaya orang Kristen, menyebarkan ketidakadilan dan bukannya keadilan, mendukung kebejatan moral, dan menginjak-injak orang-orang yang lemah dan tidak berdaya, dikendalikan oleh kuasa dan kekuatan jahat yang sama sekali bertentangan dengan kehendak dan tujuan Allah.

Dalam Kisah Para Rasul 17:6-17, para rasul digambarkan sebagai "orang2 yg bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dg mengatakan bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus Kristus." Dalam konteks kehidupan kerasulan, banyak sekali martir yg kehilangan nyawa mereka karena mereka menentang keputusan para penguasa.

Dalam Injil juga menjelaskan bahwa Yesus Kristus tidak menganggap semua penguasa hukum dan pemerintah sebagai penyalur kehendak Allah yang terakhir. Kemanapun Yesus pergi, Ia melawan sistem, Ia menentang pernyataan para penguasa tentang kebenaran.
Jadi, pemerintahan yg bertentangan dg tujuan & kehendak Allah HARUS DIGUGAT!!!

Pustaka:
- Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
- Tafsiran Alkitab Masa Kini
- Politik Kristen di Indonesia
- Iman dan Politik
- Ucapan Paulus Yang Sulit

Ragu? Berhenti!

Jangan maju kalau ragu

Berhenti sejenak

Berpikir 2x

Setelah tahu

Silahkan maju

Lanjutkan laju...

Kupang, 22.10.2011
tembok biru
pintu jendela putih
dini hari
02.32 WITA

KAWAN BAYANG

Kawan...
Maukah menemaniku malam ini?
Dimalam gelap tanpa bintang
Gelap... kelam... mencekam!!!
Temani bercerita
Cerita tentang kehidupan
Kehidupan yang tak pernah lepas dari beban
Hening... kering... garing!!!

Sayang kau hanya bayang kawan
Tapi tak mengapa
Karena kau punya telinga
Mampu mendengar suara lirihku

Tak perlu kau bersuara
Cukup menganga diam tanpa kata
itu mampu buatku tersenyum
Dan tertawa ha ha ha...

Dengar suara jarum jam dinding terpaku di tembok biru itu kawan?
Kenapa diam?
Katakan sesuatu...
Tak bisa kutafsir makna diammu

Sayang kau hanya bayang kawan
Hanya mendengar tapi tak mampu bicara

Tembok biru
Pintu jendela putih
21.08 WITA
Kupang, 21.10.2011