IT'S ME

Foto saya
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Kisah Para Rasul 4:12

Selasa, 16 Juli 2013

Catatan Untuk Mereka Yang Suka Bilang: "Kamu Bodoh!"

Setelah “Catatan Untuk Almamater” dan “Catatan Untuk Para Pelayan Anak”, kali ini saya hadir lagi dengan “Catatan Untuk Mereka Yang Suka Bilang: “Kamu Bodoh!”.
Ini tulisan lama yang saya buat di Facebook, dengan sedikit revisi, inilah hasilnya:

Dalam dunia pendidikan, Apa ada orang bodoh? Bagi sebagian orang, orang bodoh itu ada tapi bagi saya sebenarnya tidak ada orang bodoh, yang ada ialah orang yang tidak mau belajar dan berusaha karena setiap manusia dianugerahi akal budi yang membedakan dirinya dengan binatang. Intelegensi itulah keistimewaan ciptaan yang namanya manusia.

Pintar dan bodoh, dua kata ini sering kita jumpai dalam dunia pendidikan. Kita masih terjebak dalam paradigma pintar dan bodoh. Secara akademis, klasifikasi pintar atau bodoh biasa ditentukan dari hasil belajar (nilai). Sistem pendidikan yang ada, masih berorientasi pada nilai di atas kertas, bukan berorientasi pada proses pembelajaran itu sendiri. Murid yang sering mendapat nilai bagus disebut “pintar” sedangkan murid yang sering mendapat nilai jelek disebut “bodoh” dan parahnya klasifikasi ini terus berlanjut dari generasi terdahulu sampai generasi sekarang ini.

Jika ada orang mengatakan kepada kita “kamu bodoh!”, kita akan merasa bahwa kita memang “bodoh” sehingga kita menjadi pesimis dan tidak lagi mau berusaha untuk menjadi “pintar”, tapi jika kita berpikir positif maka pendapat tersebut bisa memotivasi kita untuk membuktikan bahwa kita tidak sebodoh yang dikatakan orang lain tentang kita. Dalam beberapa kasus yang saya temui dalam dunia pendidikan, ada sesama murid saling memberikan predikat “bodoh”, bahkan ada juga guru yang memberikan predikat “bodoh” kepada murid-muridnya berdasarkan nilai yang diperoleh. Hal ini menyebabkan para murid berlomba-lomba mendapat predikat “pintar” yang diukur dari besarnya nilai di atas kertas (padahal belum tentu nilai itu didapat dari prose belajar yang baik, bisa saja nilai baik dari hasil nyontek). Perlombaan ini kemudian melahirkan kompetisi negatif, satu sama lain mencari kelemahan dan saling ingin mengalahkan, bukannya kompetisi yang saling membangun. Saat ujian, contek menyontek dianggap wajar demi sebuah nilai yang membanggakan, padahal ujian itu kan merupakan proses menguji kemampuan pribadi.

Belajar merupakan sebuah proses yang terus menerus berlangsung selama kita hidup (Inggris: life- long learning. Perancis: education permanente), proses dari dari belum bisa menjadi bisa, belum tahu menjadi tahu, dari belum paham menjadi paham. Jadi, dalam proses belajar mengajar seharusnya tidak ada klasifikasi pintar dan bodoh. Guru harus berusaha sebaik mungkin agar dapat mengajarkan ilmu sambil membimbing para murid dalam proses tersebut, sedangkan para murid juga harus mengikuti proses tersebut dengan baik agar mampu memahami ilmu yang didapat. Jadi, sebaiknya klasifikasi pintar atau bodoh jangan hanya diukur dari nilai di atas kertas dan jangan dibawa terlalu jauh di dalam dunia pendidikan karena di dunia pendidikan, sesungguhnya kita belajar bukan untuk mencari predikat pintar tapi untuk memperoleh ilmu pengetahuan, memahaminya dan kemudian menerapkankannya dalam kehidupan ini. Karena itu, dalam dunia pendidikan, orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih baik dari yang lain janganlah terlalu sombong untuk berbagi ilmu dengan yang lainnya dan jangan bilang “kamu bodoh!”, sementara itu bagi yang sering dibilang “bodoh”, jangan pesimis, belajar dan teruslah belajar, sampai kapan? Sampai mati!

Saya ambil contoh: Thomas Alva Edison dan Albert Einstein. Saat masih sekolah dasar kedua orang ini termasuk siswa yang dianggap bodoh, bahkan Thomas di cap idiot oleh gurunya. Tapi apakah mereka menyerah, berhenti belajar dan berusaha? Ternyata tidak! Buktinya, Albert Einstein di usia 27 tahun menghasilkan banyak teori, termasuk teori relativitasnya yang terkenal sehingga bermanfaat bagi dunia dan Thomas Alva Edison pada tahun 1870 ia menemukan mesin telegraf yang lebih baik dan penemuan penting lainnya, dan yang paling terkenal adalah ia berhasil menemukan lampu listrik tahun 1879.

Secara pribadi, saya pernah punya anak didik yang dianggap terlalu bodoh dan nakal oleh banyak guru, tapi ketika Ujian Nasional, anak yang dianggap bodoh dan nakal ini malah memperoleh nilai 100 pada beberapa mata pelajaran.

Prof. Yohanes Surya, ketika berada di Papua dan diminta untuk mendidik anak-anak disana, Prof. Yohanes berkata, “bawa kemari anak-anak yang kalian anggap bodoh, saya akan didik mereka” dan apa yang terjadi, anak-anak yang dianggap bodoh itu, kini menjadi anak-anak yang punya kemampuan intelektual yang luar biasa.

Jadi, masihkah anda menganggap bahwa ada orang bodoh? Dan berkata, “ah! Kamu bodoh!”?

Memang benar bahwa dalam dunia pendidikan, nilai akhir tetap menjadi patokan, tapi saya yakin setiap prestasi yang diperoleh pasti dihasilkan melalui proses belajar yang baik pula. Saya yakin jika kita menikmati apa yang kita pelajari, kita akan mendapatkan sesuatu yang berharga dalam proses tersebut, sesuatu yang hanya kita sendiri yang bisa merasakannya, lebih bermakna dibandingkan nilai di atas kertas yang sering kita dapatkan.

Saya bukan orang pintar dan juga bukan orang bodoh, masih banyak hal yang ingin saya pelajari karena hidup itu belajar. belajar... belajar... dan terus belajar, agar kita menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri dan juga bagi orang-orang di sekitar kita.

Mari lepas dari paradigma pintar dan bodoh, karena belajar adalah sebuah proses untuk menjadikan manusia lebih bermakna dari hari ke hari, bukan tentang siapa yang paling “pintar” atau siapa yang paling “bodoh”.

Teruslah belajar dan berusaha sehingga menghasilkan sesuatu yang baik; sesuatu yang berguna bagi diri sendiri & juga bagi orang lain. Dan biarlah Bapamu di Sorga dipermuliakan lewat sesuatu yang baik yang kamu hasilkan itu.

Soli Deo Gloria

4 komentar:

  1. wahhh pak nik ini artikell bguss skali,,, izin copas sebagian kalimatnya, hehhehe

    BalasHapus
  2. saya mau buat buku, saya minta ijin baca untuk tambahan refrensi

    BalasHapus
  3. Mantap sekali...tuhan berkati

    BalasHapus